Menurut World Health Organization, bayi yang baru lahir memerlukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama.
Kemudian melanjutkan pemberian ASI hingga Si Kecil berusia 2 tahun disertai dengan makanan pendamping ASI (MPASI).
Hal ini karena ASI mengandung lemak, protein, gula, enzim, antibodi, dan sel-sel darah putih yang dibutuhkan oleh tubuh bayi untuk membangun sistem imunitas tubuh agar terlindung dari berbagai penyakit.
Lantas, masih perlukah imunisasi untuk bayi? Baca terus artikel ini, Ma!
Imunisasi untuk Bayi
Memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi kepada bayi dengan alasan bahwa ASI saja sudah cukup untuk membentuk sistem kekebalan tubuh merupakan tindakan yang tidak tepat.
Si Kecil perlu mendapatkan imunisasi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya dari penyakit. Sehingga di dalam tubuhnya nanti akan terdapat 2 jenis imunitas tubuh yang berperan penting dalam melawan penyakit yaitu ASI sebagai antibodi pasif dan imunisasi sebagai antibodi aktif.
Dilansir dari National Institutes of Health, bayi sangat rentan terhadap infeksi, itulah mengapa sangat penting untuk melindungi mereka dengan imunisasi.
Imunisasi membantu mencegah penyebaran penyakit dan melindungi bayi dan balita dari komplikasi berbahaya.
Jika Si Kecil tidak mendapatkan imunisasi, maka tubuhnya tidak memiliki sistem kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu.
Dikhawatirkan Si Kecil akan menyebarkan kuman-kuman tersebut ke sekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang menyebar dan menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.
Secara otomatis, hal tersebut akan membahayakan keselamatan Si Kecil sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Imunisasi Dasar Lengkap Mengurangi Risiko Stunting
Hal ini juga didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, yang menyatakan bahwa imunisasi dasar lengkap dapat mencegah penyakit berbahaya, sehingga membuat angka kematian bayi lebih cepat turun.
Perlindungan imunisasi memang tidak 100%, artinya setelah diimunisasi, kemungkinan Si Kecil bisa terkena penyakit-penyakit tersebut masih ada, namun kemungkinannya kecil (5-15%), jauh lebih ringan dan tidak berbahaya.
Oleh karena itu, imunisasi terbukti lebih efektif dalam membantu pencegahan bayi dan anak-anak terkena stunting dan penyakit-penyakit tersebut.
Lalu, bagaimana jadwal imunisasi dasarnya?
Jadwal Imunisasi untuk Anak
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, untuk membuat dan menggunakan jadwal imunisasi, penyedia layanan kesehatan harus memperhatikan hal-hal berikut:
- menentukan vaksin yang dibutuhkan berdasarkan usia,
- menentukan interval yang tepat untuk mengejar ketertinggalan,
- mengkaji kondisi medis dan indikasi lainnya,
- meninjau situasi khusus,
- dan meninjau kontraindikasi dan tindakan pencegahan untuk vaksinasi.
Melansir dari Kementerian Kesehatan RI, pemberian imunisasi diberikan sesuai usia anak, di antaranya sebagai berikut:
- Imunisasi Hepatitis B (HB-O) untuk bayi yang usianya kurang dari 24 jam.
- Imunisasi BCG, Polio 1 untuk anak usia satu bulan.
- Imunisasi DPT-HB-Hib, Polio 2 untuk anak usia dua bulan.
- Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 untuk anak usia tiga bulan.
- Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, dan IPV untuk anak usia empat bulan.
- Imunisasi Campak/MR untuk anak usia sembilan bulan.
- Imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dan MR lanjutan untuk anak usia 18 bulan.
- Imunisasi DT dan campak/MR untuk anak kelas 1 SD/Madrasah dan sederajat.
- Imunisasi TD untuk anak kelas 2 SD/Madrasah dan sederajat.
- Imunisasi TD untuk anak kelas 5 SD/Madrasah dan sederajat.
Nah, itu dia penjelasan tentang mengapa anak perlu diimunisasi beserta jadwal imunisasi dasarnya ya, Mam.
Selain imunisasi tersebut, ada juga imunisasi lain yang tidak termasuk dalam daftar imunisasi pemerintah, tetapi sebaiknya tetap diberikan, seperti:
- Vaksin MMR, untuk mencegah penyakit campak, rubela, dan gondongan
- Vaksin pneumokokus (PCV), untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus yang menyebabkan pneumonia, radang telinga, dan meningitis
- Vaksin rotavirus, untuk melindungi anak dari gastroenteritis penyebab diare
- Vaksin hepatitis A dan tifoid, untuk menurunkan risiko penyakit hepatitis A dan tipes pada anak
- Vaksin varisela, untuk mencegah infeksi virus varicella-zoster penyebab penyakit cacar air
- Vaksin influenza, untuk memberikan perlindungan terhadap ISPA akibat virus influenza
- Vaksin HPV (human papillomavirus), sebagai pencegahan terhadap infeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks
- Vaksin JE, untuk mencegah infeksi virus japanese encephalitis penyebab penyakit radang otak
Semoga informasi tersebut bermanfaat bagi Mama dan Si Kecil, ya. Yuk, lengkapi imunisasi si kecil, Ma.
Dapatkan Informasi seputar ASI dan menyusui dengan mengunjungi Instagram @mamabearid, TikTok @mamabear_id, dan channel YouTube MamaBear Pelancar ASI. Sampai bertemu di artikel edukASI dan inspirASI lainnya!
Writer: Fernika Windi
Editor: Mega Pratidina, M. Najib Wafirur Rizqi
Sources:
Why are immunizations important for my infant’s health? | NICHD
Imunisasi Penting Untuk Mencegah Penyakit Berbahaya (idai.or.id)
Pentingnya Imunisasi Dasar Lengkap Untuk Anak Indonesia (promkes.kemkes.go.id)
Bantu Perkembangan Sistem Kekebalan Tubuh Bayi dengan ASI (emc.id)
Birth-18 Years Immunization Schedule | CDC