Hari kelahiran Si Kecil merupakan hal utama yang sangat dinantikan oleh Mama setelah mengandungnya selama 9 bulan bukan? Mama akan sangat bersemangat dan tidak sabar menyambut kehadiran Si Kecil. Sejalan dengan kebahagiaan yang datang, ternyata kelahiran bayi ternyata juga berpotensi menimbulkan hal yang tidak disangka-sangka oleh Mama sebelumnya, yaitu perasaan takut dan khawatir yang bisa berujung pada stres pasca melahirkan.
Kondisi ini umumnya timbul karena Mama belum familiar dan perlu melakukan banyak penyesuaian baru setelah kelahiran Si Kecil. Yuk, kenali jenis dan gejala stres pasca melahirkan yang wajib Mama ketahui!
4 Jenis Stres Pasca Melahirkan
1. Baby Blues
Mama mungkin sering ya mendengar istilah baby blues? Tapi, tahu ngga sih apa sebenarnya yang dimaksud dengan baby blues? Baby blues merupakan suatu kondisi psikologis ketika Mama mengalami perubahan suasana hati yang didominasi rasa sedih dan cemas pada beberapa hari awal setelah kelahiran bayi.
Kondisi baby blues ini umum terjadi, dilansir dari March of DImes, 4 dari 5 atau sekitar 80% Mama yang baru pertama kali melahirkan mengalami kondisi ini. Setelah melahirkan, Mama mengalami perubahan hormon dalam tubuh yang ikut mempengaruhi kondisi fisik maupun psikis Mama.
Baby blues berlangsung selama 1-4 hari pertama pasca persalinan dan akan mereda dengan sendirinya dalam kurun waktu dua minggu. Selain terjadi dalam waktu yang relatif singkat, baby blues juga tidak menimbulkan gejala yang terlalu parah jika dibandingkan jenis stres pasca melahirkan lainnya.
Berikut ini adalah beberapa gejala baby blues, antara lain:
- Perubahan suasana hati;
- Merasa sedih dan terus menangis;
- Kesulitan tidur;
- Kehilangan nafsu makan;
- Rasa takut dan khawatir berlebih;
- Kurang fokus dan kesulitan berkonsentrasi;
- Mudah merasa kesal dan terganggu.
2. Postpartum Depression
Memenuhi kebutuhan bayi yang beragam memang cukup menguras tenaga ya, Mam? Apalagi jika belum terbiasa karena ini merupakan pengalaman pertama kalinya bagi Mama.
Tak heran jika Mama merasakan tekanan dan mengalami gejala stres pasca melahirkan. Dilansir dari National Health Service UK, 1 dari 10 perempuan yang baru saja melahirkan mengalami postpartum depression.
Baca juga: Postpartum Depression, Depresi pada Ibu Baru Melahirkan
Postpartum depression sering disalah-artikan sebagai baby blues karena memiliki gejala yang mirip. Tapi, ternyata kedua kondisi ini berbeda lho, Mam…
Gejala postpartum depression akan terasa lebih intens dan terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama. Postpartum depression umumnya terjadi pada beberapa minggu pertama dan mulai berkembang secara bertahap dalam kurun waktu satu tahun pasca kelahiran.
Mama yang mengalami postpartum depression akan merasa tertekan dan murung sehinga memiliki kesulitan dalam merawat bayi dan menjalankan aktivitas sehari-hari.
Gejala postpartum depression yang mungkin akan dirasakan, antara lain:
- Perubahan mood yang parah;
- Merasa tertekan;
- Kesulitan membangun ikatan dengan bayi;
- Cenderung menjauhkan diri dari orang terdekat;
- Kesulitan tidur;
- Merasa kelelahan secara terus-menerus;
- Kehilangan ketertarikan terhadap banyak hal;
- Merasa bersalah dan putus asa;
- Mengalami ketakutan dan kekhawatiran berlebih;
- Kesulitan berkonsentrasi;
- Memiliki keinginan melukai diri sendiri dan bayi.
3. Postpartum Psychosis
Postpartum psychosis adalah kondisi stres pasca melahirkan yang sangat serius dan langka, hanya terjadi pada 1-2 dari 1000 Mama yang baru saja melahirkan.
Gejala yang akan dirasakan Mama saat mengalami postpartum psychosis ini lebih parah dibandingkan 2 jenis stres pasca melahirkan sebelumnya.
Postpartum psychosis umumnya terjadi sesaat setelah proses persalinan dengan gejala yang berat. Kondisi ini akan berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Mama berisiko lebih tinggi terkena postpartum psychosis jika pernah mengalami gangguan psikologis sebelumnya atau jika memiliki anggota keluarga dengan riwayat stres pasca melahirkan.
Mama yang mengalami postpartum psychosis akan memiliki kecenderungan untuk menyakiti sehingga harus segera mendapatkan penanganan medis agar tidak membahayakan keselamatan Mama dan Si Kecil.
Tenaga medis akan menentukan solusi yang paling tepat untuk menangani Mama, dapat berupa psikoterapi, konsumsi obat-obatan, hingga perawatan di rumah sakit.
Gejala postpartum psychosis, antara lain:
- Merasa malu dan putus asa;
- Pikiran kosong dan sering merasa kebingungan;
- Terobsesi pada bayi;
- Mengalami halusinasi;
- Mengalami gangguan tidur;
- Sering merasa marah dan kesal;
- Merasakan ketakutan berlebihan;
- Memiliki terlalu banyak energi (hiperaktif);
- Berbicara dengan cepat dan tidak teratur;
- Memiliki kecenderungan untuk melukai bayi dan diri sendiri.
4. Postnatal Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Jenis stres pasca melahirkan selanjutnya adalah Postnatal Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Kondisi ini umumnya terjadi setelah Mama mengalami masalah selama persalinan, seperti proses yang panjang, lama, mendadak, dan menyakitkan sehingga meninggalkan rasa trauma.
Jika tidak segera ditangani, PTSD ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan membahayakan keselamatan Mama dan bayi.
Gejala PTSD yang umumnya dirasakan adalah mengalami kilas balik (flash back) dan teringat kembali pada kejadian traumatis yang pernah terjadi.
Kondisi PTSD ini biasanya juga diikuti dengan gejala yang dialami pada postpartum depression. Mama disarankan untuk segera berkonsultasi dan meminta penanganan tenaga ahli.
Terdapat beberapa cara yang tersedia untuk mengatasi kondisi PTSD ini, misalnya terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT) dan konsumsi obat-obatan yang telah diresepkan dokter.
Langkah Perawatan Stres Pasca Melahirkan
1. Melaksanakan Terapi
Langkah perawatan stres pasca melahirkan yang pertama adalah melaksanakan terapi. Selam sesi terapi, Mama bisa berkonsultasi dan menceritakan apa yang Mama rasakan kepada tenaga ahli, misalnya dokter, psikolog, atau terapis.
Tenaga ahli akan memberikan pandangan dan saran untuk menangani situasi yang sedang Mama hadapi. Salah satu jenis terapi yang biasa diterapkan adalah electroconvulsive therapy (ECT).
2. Mengonsumsi Obat-Obatan
Terdapat beragam jenis obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengobati stess pasca melahirkan. Sebelum mengonsumsi obat, Mama wajib berkonsultasi dan mendapatkan resep dari dokter.
Umumnya, dokter akan menganjurkan konsumsi anti-depresi yang dapat meringankan gejala-gejala stres pasca melahirkan.
Contoh jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan untuk menangani stres pasca melahirkan adalah brexanolone dan esketamine.
Brexanolone diberikan dengan cara disuntikkan pada tubuh dan tetap harus berada dalam pengawasan dokter.
Brexanolone memiliki efek samping sehingga tidak dianjurkan untuk diberikan saat hamil atau menyusui Esketamine diberikan dengan cara disemprotkan melalui hidung.
Kedua obat ini memiliki efek samping pada bayi sehingga tidak dianjurkan untuk diberikan saat hamil atau menyusui.
Itulah beberapa jenis dan langkah perawatan stres pasca melahirkan. Selalu ingat bahwa meminta bantuan dan penanganan bukanlah merupakan tanda kegagalan yaa, Ma…
Semua ini adalah bentuk usaha dan kekuatan yang Mama perjuangkan untuk kesehatan Mama dan bayi. Semangat terus, Mamaa!
Dapatkan juga Informasi seputar ASI dan menyusui dengan mengunjungi Instagram @mamabearid, TikTok @mamabear_id, dan channel YouTube MamaBear Pelancar ASI. Sampai bertemu di artikel edukASI dan inspirASI lainnya!
Sources:
Baby blues after pregnancy | March of Dimes.
Feeling depressed after childbirth – NHS
Postpartum depression – Symptoms and causes – Mayo Clinic