Proses menyusui tidak selalu mudah di awal. Hal ini karena baik Mama maupun si kecil sama-sama baru beradaptasi dengan dunia baru. Karena itulah, ada banyak tantangan yang Mama hadapi saat menyusui si kecil.
Proses menyusui langsung membuat Mama tidak mengetahui dengan pasti berapa banyak ASi yang diminum si kecil dan apakah sudah memenuhi kebutuhan nutrisi hariannya.
Adanya lip tie atau tongue tie, serta pelekatan yang kurang tepat dapat mengakibatkan bayi tidak menyusu secara efektif. Lebih lanjut, hal ini dapat menyebabkan si kecil kekurangan ASi.
Apa saja tanda bayi kekurangan ASI? Berikut penjelasannya.
Tanda Bayi Kekurangan ASI
1. Frekuensi buang air
Intensitas buang air pada bayi dapat menjadi tanda bayi kekurangan ASI. Bayi yang sudah berusia lebih dari 5 hari, akan mengalami frekuensi buang air kecil sebanyak 6-8 kali perhari dan warna urinenya kuning cerah dan tidak berbau tajam.
Jadi, jika bayi Mama mengalami frekuensi buang air kecil lebih sedikit, amati lebih lanjut tanda lainnya untuk memastikan benarkah bayi sedang mengalami kekurangan ASI.
2. Ada Suara Berdecak Saat Menyusui
Pelekatan yang kurang tepat menimbulkan rasa sakit saat menyusui dan terdengar bunyi seperti berdecak. Ini artinya si kecil tidak menyusu dengan benar dan ASi tidak terminum maksimal.
3. Durasi Menyusu yang Tidak Normal
Sebenarnya tidak ada durasi ideal lamanya bayi menyusu. Tetapi jika Mama merasa bayi Mama terlalu sebentar atau terlalu lama menyusu, disertai dengan rewel dan gelisah, kemungkinan ini menjadi tanda bayi kekurangan ASI.
4. Bayi tampak Lemas & Tidak Aktif
Bayi yang kekurangan ASI biasanya tampak lebih lemas dan tidak aktif. Selain itu, Si Kecil juga akan menunjukkan sikap lebih gelisah dan rewel.
5. Berat Badan Bayi Sulit Naik
Jika bayi Mama tidak menunjukkan peningkatan berat badan yang tidak sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat, berat badan tetap bahkan semakin turun, ini merupakan tanda bayi kekurangan ASI.
Kurangnya asupan dalam tubuh membuat bayi tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, segera konsultasikan pada Dokter dan cek kembali apa yang menjadi penyebab bayi kekurangan ASi.
6. Bayi menunjukkan gejala dehidrasi
Gejala dehidrasi bisa menjadi tanda bayi kekurangan ASI yang paling mudah Mama amati. Gejala dehidrasi pada bayi biasanya ditunjukkan dengan lemas, banyak tidur.
Selain itu, ada juga bayi yang tidak ada air mata ketika menangis, dan adanya lingkar hitam di sekitar mata. Jika hal ini terjadi, bayi Mama sedang mengalami kekurangan ASi.
7. Mulut dan Mata Bayi Agak Kering
Tanda bayi kekurangan ASI berikutnya dapat dilihat dari kondisi mulut dan mata bayi. Jika mulut dan mata bayi tampak kering, bisa jadi bayi Mama sedang kekurangan ASI.
8. BAB lebih gelap dan jumlahnya sedikit
Feses bayi yang baru lahir biasanya berwarna hijau, barulah setelah itu feses akan mengalami perubahan menjadi kuning cerah dan berbulir.
Akan tetapi, jika feses pada bayi Mama berwarna lebih gelap bahkan saat usianya sudah lebih dari 7 hari, dan frekuensinya juga menurun, hal ini merupakan tanda bayi kekurangan ASI.
9. Payudara Tidak Melunak Setelah Menyusui
Salah satu tanda menyusui efektif adalah payudara yang melunak setelah menyusui. Bila Mama merasakan tidak ada perubahan sebelum dan sesudah menyusui, maka ini bisa menunjukkan bahwa ASI tidak optimal terminum oleh bayi. Kemungkinan selanjutnya adalah bayi menjadi kekurangan ASI.
10. Bayi tidak menunjukkan rasa puas setelah menyusu
Jika bayi Mama tetap menangis setelah disusui dan terlihat tidak puas, ini bisa menjadi tanda bayi kekurangan ASI. Cek kembali perlekatan menyusui, ada sumbatan pada payudara atau tidak, atau bayi memiliki lip tie/tongue tie.
Bila bayi menunjukkan tanda-tanda di atas, segeralah berkonsultasi pada Dokter atau Konselor Menyusui untuk memastikan penyebabnya dan menemukan solusinya. Semangat terus menyusuinya, Mama.
Dapatkan Informasi seputar ASI dan menyusui dengan mengunjungi Instagram @mamabearid, TikTok @mamabear_id, dan channel YouTube MamaBear Pelancar ASI. Sampai bertemu di artikel edukASI dan inspirASI lainnya!
Penulis: Nafisatul Umah
Editor: Mega Pratidina, M. Najib Wafirur Rizqi